MATERI KULIAH ALJABAR LINEAR
Disusun oleh:
Irma Yunita, M.Kom.
Irma Yunita, M.Kom.
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS IBRAHIMY SUKOREJO SITUBONDO
2018
DAFTAR ISI
Daftar isi.........................................................................................................................................I
Kata pengantar.............................................................................................................................II
BAB I –PENDAHULUAN..................................................................................................................III
1.1 Latar belakang...................................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................................2
1.3 Metode
penulisan..................................................................................................3
BAB II – SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN MATRIKS........................................................IV
2.1 Sistem persamaan linier.........................................................................................1
2.2 Eliminasi gauss...............................................................................................2
2.3 Sistem persamaan linier homogen..........................................................................3
2.4 Matriks
dan
operasi matriks............................................................................................4
2.5 Aturan-aturan ilmu hitung
matriks..............................................................5
2.6 Matriks
elementer dan metode untuk mencari A-1..........................................6
2.7 Hasil selanjutnya
mengenai sistem persamaan
dan keterbalikan.......................7
BAB III – DETERMINAN................................................................................................................V
3.1 Fungsi determinan.................................................................................................................1
3.2 Menghitung
determinan dengan reduksi
baris..................................................2
3.3 Sifat-sifat fungsi determinan...............................................................................3
3.4 Ekspansi kofaktor; Aturan cramer...........................................................................4
BAB IV – VEKTOR-VEKTOR
DI
RUANG-2 DAN RUANG-3...........................................................VI
4.1 Vektor (Geometrik).................................................................................................1
4.2 Norma
vektor; Ilmu hitung
vektor..........................................................................2
4.3 Hasil kali
titik; proyeksi .......................................................................................3
4.4 Hasil kali
silang.......................................................................................4
BAB V – RUANG-RUANG
VEKTOR.......................................................................................VII
5.1 Ruang –
n euclidis............................................................................................................1
5.2 Ruang
vektor umum.....................................................................................2
5.3 Sub-Ruang.......................................................................................3
5.4 Kebebasan linier.......................................................................................4
BAB VI – PENUTUP.......................................................................................VII Daftar pustaka.......................................................................................1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
ميح رلا نمح رلا اللَّ مسبِ
Puji syukur kami
panjatkan ke hadirat
Allah Subhanahu wata’ala,
karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Aljabar Linear”.
Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Aljabar Linear.
Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh
karena
itu kami
mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak orang yang beranggapan bahwa
Matematika itu
rumit, karena alasan itulah
banyak
orang yang menghindari
Matematika. Padahal Matematika
dapat kita jumpai di
dalam kehidupan sehari-hari, dan mau tidak
mau
kita pasti menggunakan Matematika. Oleh
karena itu kami membuat makalah
ini dengan maksud membantu
pemahaman masyarakat agar
mereka tidak menilai
Matematika adalah
sesuatu yang buruk.
1.2 TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama
untuk memenuhi tugas
mata kuliah Aljabar
Linear
yang diberikan oleh
dosen kami Irma
Yunita, M.Kom. Dan
tujuan berikutnya adalah sebagai
sumber informasi yang kami harapkan bermanfaat
dan dapat menambah
wawasan para pembaca makalah
ini.
1.3
METODE PENULISAN
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah
ini,
selain itu penulis juga
mencari sumber-sumber dari
internet.
BAB II
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DAN MATRIKS
2.1
SISTEM PERSAMAAN
LINIER
Definisi : Suatu sistem yang memiliki
m persamaan dan n variabel.
|
|
|
1
|
0
|
0
|
1
|
[0
|
1
|
0
|
2]
|
0
|
0
|
1
|
3
|
|
�
|
�
|
� �
|
�
|
�
|
||
A = [�
|
�
|
�] At = [�
|
�
|
ℎ]
|
||
�
|
ℎ
|
� �
2 6
8
|
�
|
�
2
|
4
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Operasi baris pada I
yang
menghasilkan E
|
Operasi baris pada E
yang
menghasilkan I
|
Kalikanlah baris I dengan c ≠ 0.
|
Kalikanlah baris I dengan 1⁄�
|
Pertukarkan baris
I dan baris j.
|
Pertukarkan baris
i dan baris j.
|
Tambahkan c
kali baris I ke baris
j.
|
Tambahkan –
c kali baris i ke baris j.
|
|
|
|
|
a11
a21
a12 ...
a22...
a1n
a2n
b1
2
am1
am2
amn
bm
Contoh :
2x1 3x2 4
3x1 4x2 5
2 3
4
3 4
5]
Solusi ( Pemecahan
) SPL, di bagi
menjadi 2, yaitu :
1. Konsisten
Solusi
Tunggal
Solusi
Banyak
2. Tidak Konsisten
Contoh : Solusi Tunggal
g1=2x−3y=6
��2 = 3� + � =4
������ 𝑝𝑒�������=������ 𝑣�����𝑒�
� = �
Contoh : Solusi Banyak
g1 = 2x - 3y = 6 g2 = 2x – 3y =6
m
<
n
Contoh : Tidak
Konsisten
�1 = 2� − 3� = 6
�2 = 2� − 3� = 8
0 = −2
0 = Konstanta
2.2 ELIMINASI GAUSS
Matriks di
atas
adalah contoh matriks yang dinyatakan
dalam bentuk eselon baris
terreduksi (reduced row-echelon form). Supaya berbentuk seperti
ini, maka
matriks
tersebut harus
mempunyai sifat-sifat berikut.
1. Jika
baris tidak terdiri
seluruhnya dari
nol, maka bilangan taknol pertama dalam
baris tersebut adalah 1. (Kita namakan
1 utama).
2. Jika
terdapat baris
yang seluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris
seperti itu dikelompokkan bersama-sama
di bawah
matriks.
3. Dalam
sebarang dua baris yang berurutan
yang seluruhnya tidak terdiri
dari nol, maka 1 utama dalam
baris
yang lebih rendah terdapat lebih
jauh ke kanan dari 1 utama dalam baris
yang lebih tinggi.
4. Masing-masing kolom
yang mengandung
1 utama mempunyai nol di
tempat lain.
Matriks yang memiliki sifat-sifar 1,2 dan 3 dapat
dikatakan dalam bentuk eselon baris
(row-echelon form).
Terkadang lebih mudah memecahkan sistem persamaan linear dengan menggunakan
eliminasi Gauss untuk mengubah
matriks yang diperbesar menjadi
ke dalam bentuk eselon baris tanpa meneruskannya ke
bentuk eselon
baris
terreduksi. Bila hal ini dilakukan, maka
sistem persamaan-persamaan
yang bersesuaian dapat dipecahkan dengan sebuah
cara yang dinamakan substitusi balik
(back-substitution).
maka kita memprosesnya sebagai berikut :
Langkah 1.
Pecahkanlah
persamaan-persamaan tersebut untuk peubah-peubah utama.
x1 = – 3x2 + 2x3 – 2x5
x3 = 1 – 2x4 – 3x6
x6 = 1
3
Langkah 2.
Mulailah dengan persamaan bawah dan bekerjalah
ke
arah
atas, substitusikan secara
keseluruhan masing-masing persamaan ke dalam semua
persamaan yang di atasnya.
Dengan mensubstitusikan x6 = 1 ke dalam persamaan kedua
maka akan menghasilkan
3
x1 = – 3x2 + 2x3 – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 1
3
Dengan mensubstitusikan x3 = – 2x4 ke dalam persamaan
pertama maka akan menghasilkan
x1 = –
3x2 – 4x4 – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 1
3
Langkah 3.
Tetapkanlah nilai-nilai
sebarang pada setiap peubah
tak utama.
Jika kita menetapkan nilai-nilai sebarang
r, s, dan t berurutan
untuk x2, x4, dan x5, maka
himpunan pemecahan tersebut
diberikan oleh rumus-rumus
x1 = –
3r – 4s –
2t , x2 = r , x3 = – 2s , x4 = s , x5 = t , x6 = 1
3
Ini sesuai dengan pemecahan
yang diperoleh pada
contoh 1.
2.3
SISTEM PERSAMAAN
LINIER HOMOGEN
Sebuah sistem
persamaan-persamaan linier
dikatakan homogen
jika semua suku konstan
sama dengan nol; yakni sistem
tersebut mempunyai bentuk
a11x1 + a12x2 + ……+ a1nxn = 0
a21x2 + a22x2 + ……+ a2nxn = 0
:
: : :
am1x1 + am2x2 + ……+ amnxn = 0
Tiap-tiap sistem persamaan linier
homogen adalah sistem yang konsisten, karena x1 = 0, x2
= 0,….., xn = 0 selalu merupakan pemecahan. Pemecahan
terebut, dinamakan pemecahan trivial (trivial solution); jika ada
pemecahan lain, maka pemecahan
tersebut dinamakan pemecahan taktrivial (nontrivial solution).
Karena sistem persamaan linier
homogen harus
konsisten, maka
terdapat satu pemecahan
atau tak terhingga
banyaknya
pemecahan. Karena salah
satu di antara pemecahan ini
adalah pemecahan trivial,
maka kita dapat membuat
pernyataan
berikut.
Untuk sistem persamaan-persamaan
linier homogeny, maka persis
salah satu di antara
pernyataan
berikut
benar.
1.
Sistem tersebut hanya mempunyai
pemecahan trivial.
2. Sistem tersebut mempunyai
tak
terhingga banyaknya pemecahan tak trivial sebagai
tambahan terhadap
pemecahan trivial tersebut.
Terdapat satu
kasus yang sistem homogennya dipastikan
mempunyai pemecahan
tak trivial ; yakni,
jika sistem tersebut
melibatkan lebih banyak bilangan tak diketahui dari
banyaknya persamaan.
2.4
MATRIKS DAN
OPERASI MATRIKS
Matriks
Matriks adalah
susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam
susunan tersebut
dinamakan entri
dalam matriks.
A = [
�11
�12
�21 �22
↓ ↓
�13 = �1�
�23 = �2�
↓ ↓ ]
��1 ��2
��3 = ���
Operasi Matriks
1.
Penjumlahan :
Definisi : jika
A dan B adalah sebarang
dua matriks yang ukurannya sama, maka
jumlah
A
+ B adalah
matriks yang di peroleh dengan menambahkan bersama-sama entri
yang
bersesuaian dalam kedua matriks
tersebut. Matriks-matriks
yang ukurannya berbeda
tidak
dapat di tambahkan.
� � � �
A =[� �] , B =[� ℎ]
A + B = [� �]+[� �] = [� + � � + �]
� �
� ℎ
� + � � + ℎ
1 3
4
Contoh : A = [1 3] , B = [3 4] , C = [2 3 1]
4 5
A + B = [4 7]
5 8
1 3 3 4 5
Sedangkan A + C dan
B + C tidak di definisikan.
2.
Perkalian dengan konstanta
Definisi :
Jika A adalah suatu
matriks dan c adalah
scalar, maka hasil kali cA adalah
matriks yang diperoleh
dengan mengalikan masing=masing entri
dari A oleh c.
c [� �
�� ��
� �] = [�� ��]
1 3
4
2 6 8
Contoh :
A = [2
3
1] , maka
2A =
[4 6
2 ]
3 4
5
6 8
10
3. Perkalian,
dengan syarat Am x n Bn x o = Cm x
o
Definisi : Jika A adalah matriks
m x r dan B matriks
r x
n, maka hasil kali
AB adalah matriks
m x n yang entri- entrinya
ditentukan sebagai
berikut. Untuk mencari entri
dalam baris I dan kolom j dari AB, pilihlah baris i dari matriks A dan kolom j dari matriks B.
Kalikanlah entri-entri yang bersesuaian dari
baris
dan
kolom tersebut bersama-sama
dan kemudian tambahkanlah hasil kali
yang dihasilkan.
� � �
A = [� �], B = [�]
� �
�
�� + ��
AB = [� �] [�]= [�� + ��]
Contoh : A = [1 3] , B = [3
4 5 2
AB = [ 9 ]
22
Transpose
Definisi : Jika A adalah sebarang
matriks m
x n, maka Transpos A dinyatakan oleh
At dan didefinisikan dengan matriks n x m
yang kolom pertmanya adalah baris pertama dari A,
kolom
keduanya adalah baris kedua dari
A,
demikian juaga dengan kolom ketiga adalah
baris ketiga dari
A,
dan seterusnya.
Contoh : A = [4 6
2 ] At = [6 6 8 ]
6 8
10
8 2
10
2.5
ATURAN-ATURAN ILMU HITUNG MATRIKS
Walaupun banyak
dari aturan-aturan ilmu hitung bilangan riil berlaku juga untuk matriks,
namun
terdapat beberapa pengecualian. Salah satu dari
pengecualian
yang terpenting terjadi
dalam perkalian matriks. Untuk bilangan-bilangan rill
a dan b, kita selalu
mempunyai ab = bayang sering
dinamakan hukum
komutatif untuk perkalian. Akan tetapi, untuk
matriks-matriks, maka AB dan BA tidak
perlu
sama.
Contoh:
Tinjaulah matriks-matriks
1 0
A
1 2
B
Dengan mengalikannya maka
akan memberikan
1
AB 11
2
3 6
BA 3
Jadi, AB ≠ BA
Contoh:
Tinjaulah matriks 2x2
Jika ad – bc ≠
0, maka
a b
A
c
1 d
A1
b
d
ad bc
b
ad bc
ad bc c a
c
a
ad bc
ad bc
Teorema: Jika A dan B adalah matriks-matriks
yang dapat dibalik
dan yang
ukurannya sama,
maka
(a) AB dapat dibalik
(b) (AB) 1 = B 1 A 1
Bukti. Jika kita dapat memperlihatkan bahwa (AB)(A
1 1
) = (B
1 1
)(AB)=I, maka kita
telah
secara serempak membuktikan bahwa AB dapat dibalik dan bahwa (AB)
= B A
Tetapi (AB)(B
) = AIA
= AA
= I. Demikian juga (B
1 1
)(AB) = I.
2.6 MATRIKS ELEMENTER DAN
METODE
UNTUK
MENCARI
A-1
Dibawah ini kita daftarkan matriks elementer dan operasi-operasi yang menghasilkannya.
(i)
1 0
0 3
1
0
0
(ii) 0
0 0
0
0 0
0 1 0
1 0
1 0
0 1
(iii) 0 0
3
1
1 0
0 1
(iv) 0 0
0
1
Ketika
baris kedua I2 dengan -3
Pertukarkan
baris kedua dan baris keempat
dari I4
Tambahkan tiga kali baris
ketiga dari I3 pada baris pertama
Kalikan baris pertama dari I3 dengan I
Teorema: Jika matriks elementer E dihasilkan dengan melakukan sebuah operasi
baris tertentu pada Im dan jika A adalah matriks m x n, maka hasil kali EA
adalah matriks yang dihasilkan bila operasi baris yang sama ini dilakukan pada
A.
Operasi-operasi di ruas
kanan dari
tabel ini dinamakan operasi invers
dari operasi-operasi
yang bersesuaian di
ruas kiri.
Teorema: Setiap matriks elementer dapat dibalik, dan inversnya adalah juga matriks
elementer.
Bukti. Jika E adalah matriks
elementer, maka E dihasilkan dari peragaan
operasi baris pada
I. Misalnya Eo adalah
matriks yang dihasilkan bila
invers
operasi ini diterapkan pada I.
Baris invers akan saling
meniadakan
efek
satu sama lain, maka
diperoleh
EoE = I dan EEo =
I
Jadi, matriks
elementer Eo adalah invers dari
E.
A I =
I A-1
Contoh :
1 0
1
A = 4 1
2
8
A-1 = . . . ?
Jawab :
= [0 −1 −1
0 1
0
1 0
2
= [0 1
0
0 −1 −1
1 0
2
= [0 1
0
0 1
1
1 0
2
= [0 1
0
0 0 1
−2 1
0]
−4 0
1
1
0
0
−4 0
1]
−2 1
0
1
0
0
−4 0
1]
2 −1 0
1
0
0
−4 0
1 ]
6 −1 −1
Baris ke 2 dikurang 2 kali baris pertama dan baris ke
3 dikurang 4 kali baris pertama untuk mendapatkan nol.
Baris ke
2
ditukar baris
Baris ke 3
dikalikan –
baris ke 3, untuk
mendapatkan 1 utama.
Baris ke 3
dikurangi baris ke 2 untuk
mendapatkan nol.
I A-1
2.7 HASIL SELANJUTNYA MENGENAI
SISTEM PERSAMAN
DAN KETERBALIKAN
Teorema: Jika A adalah matriks n x n yang
dapat dibalik,maka untuk setiap matriks B yang berukuran n x 1, sistem persamaan AX = B mempunyai persis satu pecahan, yakni, X = A-1
AX = B → X = �
�
→ I . B = B
A . �⏟−1 . � = B A . X
= B
X
= A-1 . B
X . A = B X . . . ?
Jawab: B . I = B
�⏟. �−1 . A = B
X . A = B
X = B . A-1
No comments:
Post a Comment